Remaja Antara Harapan dan Tantangan
Oleh
Faizah Ali Syibromalisi
Pendahuluan
Di
tengah-tengah gemuruhnya riak reformasi yang menyedot perhatian seluruh bangsa
Indonesia ke arah pembentukan Pemerintahan yang lebih bersih, adil dan mampu
mengantarkan bangsa Indonesia menyongsong abad ke XXI yang sudah diambang
pintu, rasanya sungguh relevan kalau kita membahas masalah remaja. Meskipun
masa remaja itu sangat singkat tapi masa inila yang paling menentukan
kelanjutan hidup seorang manusia. Para pakar pendidikan dan ilmu jiwa nampaknya
sepakat mengatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis seorang anak manusia
dalam upaya menemukan jati dirinya.
Mengenal
siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah suatu keharusan bagi
orangtua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat membimbing anaknya
menataki masa-masa krisis tersebut dengan mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh
semua karena di bahu remaja masa kini terletak tanggungjawab moral sebagai
generasi penerus, menggantikan generasi yang ada saat ini. Mereka inilah yang
kelak berperan menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas,
menjadi aset nasional dan tumpuan harapan bangsa dalam kompetisi global, yang
tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.
Remaja
dan Perkembangannya
Masa
remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi pemuda, pemudi
dewasa. Biasanya berlangsung antara usia 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun.
Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan pisik yang begitu bersar. Semua anggota
tubuh dan organ remaja berkembang ke arah kesempurnaan. Kelenjar gondok mulai
mengeluarkan hormon seks yang mengubah penampilan kekanakan menjadi seorang
gadis cantik atau pemuda ganteng. Pertumbuhan pisik ini diiringi dengan
pertumbuhan emosi, sehingga timbul sifat-sifat seperti rasa sensitif yang
berlebihan, cepat marah, cepat tersinggung dan mulai timbul perasaan tertarik
dengan lawan seks.
Masa
remaja juga ditandai dengan pertumbuhan aktifitas intelektual, seperti kemapuan
menalar, kemampuan berbahasa, kemampuan mengingat, memahami dan sebagainya. Di
masa pertumbuhan ini remaja sering melamun, memperhatikan alam sekitarnya,
mempertanyakan hal-hal yang terkait dengan kehidupan, agama, kematian dan
sebagainya.
Di
fase remaja inipula muncul berbagai bakat yang dimiliki, seperti bakat seni
lukis, nyanyi, tari, tulis menulis dan sebagainya. Remaja juga mulai
memperhatikan penampilannya di antara teman-temannya, sangat memperhatikan
prestasi di sekolah, mereka begitu takut dicemooh atau ditolak oleh
lingkungannya.
Peranan
Orang Tua Bagi Remaja
Pertumbuhan
intelektual dan kecerdasan remaja yang begitu pesat menimbulkan perasaan
seolah-olah remaja telah mengetahui segalanya dan menemukan jati dirinya,
sehingga remaja tidak lagi merasa membutuhkan orangtua atau nasehat-nasehat, mereka
bahkan berusaha lepas dari kungkungan dan pengaruh orangtua, tapi jauh di lubuk
hatinya remaja sebenarnya sangat membutuhkan orangtua, tidak hanya sebagai
pelindung tapi juga sebagai figur yang dijadikan panutan baginya.
Perhatian
orangtua, kasih sayang dan pengertian orangtua menghadapi ulah remaja membantu
remaja mencapai kematangan emosi yang stabil. Di masa krisis ini orangtua harus
bisa menciptakan situasi yang kondusif bagi pertumbuhan remaja seperti memberi
rasa aman, menciptakan suasana yang harmonis dan ceria di rumah dan menjalin
hubungan mesra dengan remaja. Semua faktor ini sangat menentukan keberhasilan
remaja mengarungi masa-masa sulit dan krisis. Sikap orangtua yang tidak lagi
menganggap remaja sebagai anak kecil tapi menghargai jati dirinya dan menjagi
privasi yang sangat dibutuhkan, menimbulkan perasaan mandiri pada remaja.
Hubungan anak dan orangtua yang terjalin erat dan harmonis akan menjadikan
remaja berkepribadian yang terbuka, sebaliknya hubungan yang dingin, acuh tak
acuh dengan orangtua menyebabkan remaja berkepribadian introver, tertutup,
kadang-kadang bersifat mencurigai orang-orang di sekelilingnya.
Kenakalan
Remaja dan Kelainan Tingkah Laku
Pertumbuhan
pisik dan emosi yang begitu cepat pada diri remaja, sering menimbulkan berbagai
konflik dan benturan dalam diri remaja. Perubahan pisik yang belum serasi dan
sikap orang-orang di sekeliling remaja yang dianggapnya tidak memahami dirinya,
benar-benar memberi rasa tidak nyaman pada diri remaja. Bias-bias ketidak
puasan ini akibat kesulitan beradaptasi baik dengan dirinya maupun dengan
keluarga dan lingkungan muncul dalam bentuk kenakalan remaja dan kelainan
tingkah laku seperti berbohong, kabur dari sekolah, mencuri kecil-kecilan,
merokok, meneggak minuman keras, menggunakan obat bius, menderita stress,
depressi bahkan bunuh diri.
Sebab-sebab
Kenakalan Remaja
Sebab-sebab
kenakalan remaja sebenarnya beragam dan sangat kompleks. Secara ringkas dapat
disebutkan sebab-sebab kenakalan itu adalah sebagai berikut:
1.
Hormon seks.
Hormon
laku-laki dituding sebagai penyebab kelainan tingkah laku remaja. Penelitian
yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa remaja yang suka melakukan
tindak kekerasan, memiliki hormon laki-laki dalam kadar yang tinggi. Perbedaan
biologis dan hormonal pada remaja laki-laki dianggap sebagai pemicu tindak
kekerasan. Oleh sebab itu remaja laki-laki lebih banyak tindak kekerasan dari
remaja wanita.
2.
Keluarga
Tidak
diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi
remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam
kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang
berantakan, keluarga yang tidak harmonis dimana pertengkaran ayah dan ibu
menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka
menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam
atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga,
kuirangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang
mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
Dr.
Afaf Haddad, seorang dokter jiwa di Universitas Ain Syams, dalam konperensi
kedokteran jiwa yang digelar di Toronto-Kanada menyebutkan pada kertas
penelitiannya bahwa sikaf acuh-takacuh orangtua dan perlakuan tak mesra
orangtua membuat anak menjadi stress dan pada akhirnya menjadi penyebab
penyakit gangguan jiwa (Sezoprania). Kritikan, cemoohan dan cacian orangtua
pada remaja, apalagi di depan orang banyak menimbulkan ketidak puasan anak pada
dirinya, menimbulkan rasa putus asa menghilangkan konsentrasi belajar sehingga
anak menarik diri dari pergaulan. Pelariannya adalah menenggak minuman keras
atau menggunakan obat bius (narkotik)
3.
Media elektronik
Tv,
video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja,
padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya
menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan
yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan
tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang
sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika
remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis.
Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani
polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film
yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang
ditontonnya.
4.
Pengaruh pergaulan
Di
usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-teman
sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam-jam melelui telefon. Topik
pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/ cewek
yang ditaksir dsb.
Hubungan
sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi
remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan
dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di
sekelilingnya. Semua faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan
kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang
begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya
menentuakan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan
sadar remaja akan menyeleksi teman yang d. Penelitian yang dilakukan oleh pihak
kepolisian di Jakarta pada murid-murid sekolah menengah yang rajin tauran
menunjukkan bahwa pencetus ide tauran itu hanyalah tiga atau empat orang remaja
saja yang lainnya hanya ikut-ikutan. Pengawasan orantua secara tidak langsung
dan dialog terbuka bisa menyadarkan remaja dari bahaya teman-teman yang tidak
baik reputasinya.
5.
Agama
Perasaan
beragama pada remaja yang mereka serap dari lingkukangan menjadi milik
pribadinya. Perasaan beragama ini biasanya tidak konstan, kadang-kadang remaja
menunjukkan kesalehan yang berlebihan, di saat lain menunjukkan keraguan pada
agama yang dianutnya. Di satu sisi remaja membutuhkan rasa keimanan kepada
Allah untuk mencari ketenangan diri dari berbagai gejolak jiwa, di sisi lain agama
berperan mengekang gejolak biologisnya. Orangtua yang hanya berfungsi sebagai
panutan dalam pelaksanaan nilai-nilai agama di rumah belum menjamin remaja bisa
menjadi anak yang saleh. Fungsi sebagai panutan harus disertai dengan hubungan
yang erat antara orangtua dan remaja sehingga remaja dapat menyerap semua
nilai-nilai agama langsung dari orangtuanya. Nilai-nilai inilah kelak yang akan
menjadi bagian dari jatidirinya.
Penanggulangan
Kenakalan Remaja
Kenakalan
remaja tidak bisa ditangani oleh orangtua saja tapi harus ada usaha usaha
terpadu antara orang tua, guru dan aparat kepolisian. Karena pepatah
mengatakan,“Tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif”, maka
saran-saran berikut bisa menghindari remaja dalam pertumbuhannya dari kelainan
tingkah laku.
Memberi
penyuluhan kepada orangtua bagaiman menyikapi ulah remaja.
Menyadarkan
orangtua untuk tidak memperlakukan remaja sebagai anak kecil tetapi menghormati
jati dirinya. Orang tua tidak boleh membedakan perlakuan di antara
anak-anaknya.
Menumbuhkan
budaya pujian dan menjauhkan kritik serta cemoohan bagi tingkah laku remaja.
Mengisi
waktu kosong remaja dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat dan menyedot
energi remaja seperti olahraga, pramuka, kesenian dan sebagainya.
Mengobati
stress dan depressi pada remaja sedini mungkin dengan bantuan pysiater.
Bagaimana
dengan Remaja di Kairo
Setelah
menguraikan secara singkat siapa remaja dan apa problem yang di hadapi, timbul
pertanyaan bagaimana dengan remaja di Kairo?. Pertanyaan ini tidak aneh, kerena
di tahun-tahun belakangan ini bisa kita saksikan remaja atau pemuda/pemudi yang
berpenampilan remaja entah kerena dia memang benar-benar remaja atau memang
masih mengalami kelanjutan masa remaja alias terlambat dewasa. Problema yang
diuraikan secara sekilas di atas mungkin berlaku pula pada remaja di Kairo,
namun lingkungan Kairo yang masih kental dengan nilai-nilai agama dan tradisi,
rasanya cukup menjadi wadah yang kondusif bagi pertumbuhan nilai-nilai positif
pada remaja. Berbagai benturan dan konflik kurang dirasakan, budaya tauran
nampaknya belum dikenal walaupun pernah terjadi sebagai mana yang kita baca di
surat kabar-surat kabar tapi ibarat bungan layu sebelum berkembang karena cepat
dipupus oleh polisi setempat yang cepat mengambil tindakan. Narkotil dan
minuman keras nampaknya masih tetap menjadi barang haram bagi para remaja di
Kairo mengingat belum ada laporan kepolisian yang menyangkut kenakalan remaja
Indonesia di Kairo dalam penggunaan narkotik dan minuman keras. Namun demikian
kontrol sosial hendaknya lebih diefektifkan kembali, seling mengingatkan di
antara sesama warga masyarakat Indonesia di Kairo harus benar-benar
dilaksanakan sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Ashr. Pengawasan atau
kontrol sosial di sini harus mengandung makna kebebasan menyatakan pendapat dan
kesediaan berbeda pendapat. Pengawasan sosial mutlak diperlukan para remaja
walaupun mereka sudah merasa mandiri, sebab remaja selalu terancam oleh
dorongan-dorongan dari dalam maupun dari luar dirinya. Dengan pengawasan ini
diharapkan remaja di Kairo bisa menjadi pribadi yang tangguh yang berkarakter
kuat, tidak mudah diombang-ambingkan keadaan sekeliling dan tidak mudah
menyerah pada desakan-desakan dari dalam dirinya untuk melawan etika dan moral
sehingga tindak kekerasan di antara sesama remaja atau sesama mahasiwa tidak
akan pernah terulang lagi dalam sejarah kemahasiswaan di Kairo.
***
Daftar
Kepustakaan
At
Tahlil El Nafsi lil murahikah, Abdul Gani Ad-Didy, Dar El-Fikri, Libanon
Al
Murahikuun wa asaalib muamalatihim, Dr. Kamelia Abdel Fattah, Daar Quba, Kairo
Surat
Kabar Al-Ahram
Surat
Kabar Kompas
http://pcinu-mesir.tripod.com
Comments
Post a Comment